![adsense 336x280 adsense 336x280](https://2.bp.blogspot.com/-20IUI16UYfo/VsraTt2CRpI/AAAAAAAAB10/FKzsnv6LSq0/s1600/adsense336x280.png)
1. Untuk
mengetahui jenis-jenis gejala dan
tanda penyakit pada tanaman.
2. Untuk
mengenal dan mempelajari morfologi patogen pada tanaman.
3. Untuk
mengetahui dan mengidentifikasi gejala dan tanda penyakit yang menyerang pada
tanaman.
B.
DASAR TEORI
Pengenalan jenis - jenis penyakit
pada tanaman dapat dilakukan dengan cara percobaan di lapang pada setiap fase
pertumbuhan tanaman. Timbulnya penyakit dapat bervariasi tergantung dari fase
pertumbuhan tanaman, musim, lokasi dan varietas. Kombinasi dari beberapa
penyakit dapat terjadi misalnya kombinasi beberapa cendawan atau bahkan
kombinasi dari cendawan, bakteri, dan virus (Wigenasanta, 2004).
Tanaman dapat menunjukan gejala
perubahan bentuk, dan kelayuan pada tanaman, tanaman dapat menujukan kelompok gejala
yang membentuk gambaan penyakit atau sidrom penyakit yang di sebakan oleh
penyebab abiotik dan biotik. Suatu tanaman dapat dikatakan sehat atau normal,
jika tanaman tersebut dapat menjalankan fungsi-fungsi fisiolgis dengan seperti
perkembangan dan pembelah sel (Setiadi, 2000).
Penyakit tanaman dapat didefinisikan
sebagai penyimpangan sifat normal yang menyebabkan tanaman tidak dapat
melakukan kegiatan fisiologis seperti biasanya (Martoredjo, 1989).
Penyakit tumbuhan dapat disebabkan oleh
faktor biotik dan abiotik. Penyebab penyakit yang bersifat biotik umunya
parasitik pada tumbuahn, dapat ditularkan, dan disebut penyakit biogenik.
Adapun penyakit yang bersifat abiotik tidak parasit, tidak menular, dan biasa
disebut penyakit fisiogenik. Penyebab yang parasitik terdiri dari beberapa
golongan seperti virus, viroid, fitoplasma bakteri, cendawan, riketsia,
protozoa, nematode dan tumbuhan tingkat tinggi (Sinaga, 2003).
Patogen dalam arti luas adalah tiap agen
yang menyebabkan penyakit. Namun, istilah ini biasanya hanya digunakan untuk
menunjukkan penyebab penyakit yang tergolong organisme yang hidup saja
terutama, cendawan, bakteri, nematoda, virus, dan tumbuhan parasitik yang
menyerang tumbuhan (Sinaga, 2003).
Patogen adalah sesuatu yang dapat menyebabkan
penyakit. Patogen berasal dari bahasa Yunani,Pathos yang berarti menderita dan
genesis yang berarti asal. Umumnya istilah patogen hanya dipakai untuk jasad
yang dalamkeadaan sesuai dapat menimbulkan penyakit pada jasad lain (Semangun,
1996).
Penyakit akan terjadi apabila ada patogen
yang ganas menyerang tanaman yang rentan, di dukung lingkungan yang mendukung
patogen untuk menyerang tanaman yang rentan (Tjahjadi, 1989).
Penyakit bisa muncul karena disuatu tempat
ada tanaman, pathogen serta lingkungan. Ini yang disebut segitiga penyakit
dimana munculnya penyakit karena tiga faktor itu. Salah satu faktor tidak ada
atau tidak memenuhi syarat maka penyakit tidak akan muncul. Syarat yang harus
dipenuhi oleh ketiga faktor agar muncul penyakit adalah tanaman harus peka,
penyebab penyakit harus virulen (fitdan ganas), dan lingkungan mendukung
(Nasution, 2008).
Sebagian besar penyebab penyakit pada
tumbuhan disebabkan oleh cendawan. Golongan cendawan patogen tumbuhan memiliki
anggota yang sangat beragam. Oleh karena itu, kehadiran cendawan patogen
tumbuhan perlu selalu diwaspadai (Sinaga,
2003).
Penyakit tanaman merupakan adanya penurunan
dari keadaan normal dari tanaman yang menyela atau memodifikasi fungsi-fungsi
vitalnya. Penyakit tanaman sebagian besar disebabkan oleh jamur, bakteri, dan
virus. Penyakit tanaman lebih sering diklasifikasikan oleh gejala mereka
daripada oleh agen penyakit, karena penemuan agen mikroskopis seperti bakteri
tanggal hanya dari 19 persen ( Jackson, 2009).
Tanaman yang sakit adalah tanaman yang
tidak dapat melakukan aktifitas fisiologis secara sempurna, yang akan
mengakibatkan tidak sempurnanya produksi baik secara kualitas maupun kuantitas.
Secara umum penyakit tanamandiakibatkan oleh faktor biotik dan abiotik. Faktor
biotik adalah penyakit tanamanyang disebabkan oleh mikroorganisme (mahluk
hidup) yang antara lain berupa jamur, bakteri, virus, nematoda, MLO dan
lain-lain. Sedangkan faktor abiotik antara lain pengaruh dari suhu, kelembaban,
defisiensi unsur hara atau keracunanunsur hara (Mynature-faiq, 2010).
Penyakit dapat dikenal dengan mata
telanjang dari gejalanya. Penyakit tumbuhan yang belum ada campur tangan
manusia merupakan hasil interaksi antara patogen, inang dan lingkungan. Konsep
ini disebut dengan segitiga penyakit atau plant disease triangle, sedangkan
penyakit tanaman yang terjadi setelah campur tangan manusia adalah interaksi
antara patogen, inang, lingkungan dan manusia. Konsep ini disebut segi empat
penyakit atau plant disease square (Triharso, 1996).
Gejala
yang diakibatkan oleh bakteri yaitu timbulnya gejala penyakit disebabkan karena
adanya interaksi antara tanaman inang dan patogen. Penanaman gejala
penyakit dapat didasarkan kepada tanda penyakit, perubahan bentuk, tanaman,
pertumbuhan tanaman dan sebagainya. Parasit yang menyebabkan penyakit
pada tanaman pada umumnya membentuk bagian vegetatifnya di dalam jaringan
tanaman sehingga tidak tampak dari luar. Tetapi walaupun demikian ia
membentuk bagian reproduktifnya pada permukaan tanaman yang diserangnya atau
hanya sebagian tampak pada permukaan tersebut. Selain
itu sering terjadi pembentukan propagul dalam bentuk
istirahat pada permukaan tanaman (Filzaharani, 2008).
C. ALAT
DAN BAHAN
a.
Alat
·
Alat tulis
·
Kertas
b.
Bahan
·
Awetan penyakit gosong
pada jagung
·
Awetan paru akar tomat
·
Awetan hawar daun talas
·
Awetan bercak daun
ketela singkong
·
Awetan karat pada
ranting sengon
·
Awetan bercak buah
pepaya
·
Awetan bercak daun/
kresek jagung
·
Awetan hawar daun padi
·
Awetan karat daun
tanaman jagung
·
Awetan bulai daun
tanaman jagung
·
Awetan hawar pelepah
padi
·
Awetan trotol bawang
daun
·
Awetan busuk pelepah/
tongkol jagung
·
Awetan antracinossa
tanaman cabai
·
Awetan bercak daun
garis coklat tanaman padi
D. CARA
KERJA
1. Menyiapkan
alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Mengamati
gejala dan tanda penyakit tanaman yang disebabkan jamur pada bagian daun,
batang, buah dan akar pada awetan.
3. Menggambar
dengan jelas gejala penyakit pada contoh bagian tanaman yang telah disediakan
serta memberikan keterangan dan penjelasan pada gambar yang dibuat.
E. HASIL PRAKTIKUM
Terlampir (4 lembar)
F. PEMBAHASAN
Penyakit
tanaman diartikan sebagai suatu gejala yang abnormal yang menyebabkan tanaman
tidak dapat melakukan kegiatan fisiologis seperti biasanya.
Penyakit
tumbuhan disebabkan oleh faktor biotik dan abiotik. Penyebab penyakit yang
bersifat biotik umunya parasitik pada tumbuahn, dapat ditularkan, dan disebut
penyakit biogenik. Ada pula penyakit yang bersifat abiotik tidak parasit, tidak
menular, dan biasa disebut penyakit fisiogenik. Penyebabnya terdiri dari
beberapa golongan seperti virus, viroid, fitoplasma bakteri, cendawan,
riketsia, protozoa, nematode dan tumbuhan tingkat tinggi.
Bakteri
(Latin : bacterium; jamak : bacteria) adalah kelompok organisme yang tidak mempunyai
membran inti sel. Organisme termasuk ke dalam domain prokariota dan ukurannya
yang sangat kecil (mikroskopik), serta memiliki peran besar dalam kehidupannya
di bumi. Beberapa kelompok bakteri diketahui sebagai agen penyebab infeksi dan
penyakit, sedangkan kelompok lainnya dapat memberikan manfaat pada bidang
pangan, pengobatan, dan industri. Struktur sel bakteri relatif sederhana, tanpa
nukleus/inti sel, kerangka sel, dan organel-organel lain seperti mitokondria
dan kloroplas. Hal inilah yang menjadi dasar perbedaan antara sel prokariot
dengan sel eukariot yang lebih kompleks.
Berdasarkan
bentuknya, bakteri dibagi menjadi tiga golongan besar, yaitu:
1. Kokus
(Coccus) adalah bakteri yang berbentuk bulat seperti bola dan mempunyai
beberapa variasi sebagai berikut:
a. Mikrococcus,
jika kecil dan tunggal
b. Diplococcus,
jka berganda dua-dua
c. Tetracoccus,
jika bergandengan empat dan membentuk bujur sangkar
d. Sarcina,
jika bergerombol membentuk kubus
e. Staphylococcus,
jika bergerombol
f. Streptococcus,
jika bergandengan membentuk rantai
2. Basil
(Bacillus) adalah kelompok bakteri yang berbentuk batang atau silinder, dan
mempunyai variasi sebagai berikut:
a. Diplobacillus,
jika bergandengan dua-dua
b. Streptobacillus,
jika bergandengan membentuk rantai
3. Spiral
(Spirilum) adalah bakteri yang berbentuk lengkung dan mempunyai variasi sebagai
berikut:
a. Vibrio,
(bentuk koma), jika lengkung kurang dari setengah lingkaran (bentuk koma)
b. Spiral,
jika lengkung lebih dari setengah lingkaran
c. Spirochete,
jika lengkung membentuk struktur yang fleksibel.
Bentuk tubuh/morfologi bakteri
dipengaruhi oleh keadaan lingkungan, medium, dan usia. Walaupun secara
morfologi tidak sama, bakteri tetap merupakan sel tunggal yang dapat hidup
mandiri bahkan saat terpisah dari koloninya.
Jamur merupakan organisme
heterotrof, tidak memiliki berklorofil, berinti sel, struktur somatiknya
terdiri dari filamen yang bercabang-cabang, dinding sel mengandung selulosa
atau kitin atau keduanya bersama molekul organik lainnya. Umumnya berkembang
biak dengan spora baik secara
seksusal maupun aseksual atau menggunakan bagian vegetatif jamur.
Bagian vegetatif jamur pada umumnya
berupa benang-benang halus, memanjang, bersekat atau tidak bersekat yang
disebut hifa, dan kumpulan benang-benang hifa tersebut disebut miselium.
Miselium dapat dibedakan menjadi dua tipe pokok yaitu :
1. Miselium
yang tidak bersekat (coenocytic)
2. Miselium
yang bersekat (cellular)
Didalam hidupnya, hifa-hifa
tersebut dapat membentuk struktur khusus yang berfungsi tertentu, antara lain :
haustorium, sklerotium, apresorium, stroma, dan alat reproduksi seperti :
gametongium, sporangium dan sporangiofor, konidium dan konidiofor, klamidospora
dan bermacam badan buah (apotesium, peritesium, kleistosium, aservulus,
piknidium, sporodokium, koremium).
Pada saat praktikum penyakit yang
disebabkan oleh jamur yang kami amati yaitu bercak daun / kresek jagung (Helminthosporium turcicum), bercak
daun ketela pohon (Cercospora
henningsii), trotol / bercak ungu bawang merah bercak (Alternasia porri), hawar daun talas (Phytophythora colocasiae), karat daun jagung (Pucchinia sorghi),
puru akar tomat (Meloidogyre sp.),
antraknosa pada cabai (Gloesporium
piperatum), bulai pada jagung (Peronosclerospora maydis), busuk tongkol jagung
(Rhizoctania solani), hawar pelepah daun padi (Rhizotania solani), bercak buah pepaya (Fusarium oxysporum), karat pada ranting sengon (Uromycladium sp.), gosong pada jagung(Ustilago maydis), dan bercak daun garis
coklat (Cescospora oryzae).
Berikut penyakit yang disebabkan oleh bakteri yang diamati yaitu :
a. hawar
daun padi (Xanthomonas oryzae).
Klasifikasi :
- Kingdom : Prokaryoteae
- Filum
: Bacteria
- Kelas
: Proteobacteria
- Suku
: Pseudomonadaceae
- Marga
: Xanthomonas
- Spesies
: Xanthomonas oryzae (EPPO,2007).
Tanaman
padi yang terserang penyakit hawar daun bakteri (HDB)
pada fase awal pertumbuhan, tanaman layu dan akhirnya mati. Gejala inilah yang
biasanya oleh petani disebut dengan penyakit kresek. Sedangkan pada tanaman
dewasa serangan mulai dari tepi daun berwarna keabu-abuan dan akhirnya
mengering sehingga tanaman tidak dapat berfotosintesisi dengan baik sehingga
pertumbuhan tanaman terganggu. Apabila serangan pada saat tanaman berbunga,
hawar daun bakteri ini dapat menyebabkan kerugian yang sangat besar dengan
mengurangi hasil sampai 50-70% akibat pengisian gabah terhambat sehingga gabah
hampa meningkat.
Penyakit hawar
daun bakteri (HDB) ini disebabkan oleh bakteri Xanthomonas oryzae pv.oryzae.
Bakteri patogen ini biasa disebut juga dengan patogen Xoo. Di masyarakat secara
umum penyakit hawar daun bakteri ini disebut juga sebagai penyakit kresek.
Mungkin tanaman yang terserang penyakit hawar daun bakteri ini bunyinya
kresek-kresek pada saat tertiup angin, sehingga untuk memudahkan akhirnya
disebut sebagai penyakit kresek.
Serangan
penyakit hawar daun bakteri ini menyerang tanaman padi mulai dari persemaian
sampai tanaman padi menjelang panen. Infeksi dimulai dari bagian daun melalui
luka seperti bekas potongan bibit padi atau lubang alami daun seperti stomata
(lubang daun) dan merusak klorofil daun, sehingga kemampuan daun untuk
melakukan fotosintesis menjadi menurun dan pertumbuhan tanaman terhambat.
Penyakit hawar daun bakteri (HDB) ini biasanya menyerang tanaman
padi pada saat musim hujan. Kondisi pertanaman dengan kelembaban yang tinggi
dan pemupukan yang tidak berimbang dengan dosis pupuk nitrogen yang tinggi.
Varietas -
varietas padi yang agak tahan terhadap penyakit hawar daun bakteri ini antara
lain Ciliwung, Fatmawati, Mekongga dan Aek Sibundoong (patotipe IV),Widas,
Rokan dan Hipa 3 ( patotipe III dan IV), Ketonggo, Ciherang, Inpari 2 dan
Inpari 3 (patotipe III), Tukad Unda dan Tukad Petanu (patotipe VIII), Hipa 4,
Hipa 5 Ceva, Hipa 6 Jete (patotipe IV dan VIII), Inpari 1 dan Inpari 6 Jete
(patotipe III, IV dan VIII).
Sedangkan
varietas padi yang tahan terhadap penyakit hawar daun bakteri (HBD) ini antara
lain Memberamo, Cibodas, Maros, Sintanur, Wera, (patotipe III), Way Apo Buru,
Singkil, Konawe, Intani, Sunggal, Ketan Hitam (patotipe III dan IV), Code,
Angke, Ciujung, Inpari 1, Inpari 6 Jete (patotipe III, IV dan VIII) .
Pengendalian
Hawar Daun Bakteri (HDB) Dengan teknik budidaya
Pengendalian penyakit hawar daun bakteri dilakukan
secara terpadu dengan menggunakan teknik budidaya. Beberapa teknik budidaya
yang disarankan antara lain dengan perlakuaan bibit dan pergiliran varietas,
menanam dengan jarak tanam yang tidak terlalu rapat, irigasi / pengairan secara
berselang (intermeten), pemupukan sesuai kebutuhan tanaman dan menanam varietas
tahan.
Perlakukan bibit dilakukan dengan cara jangan
menanam bibit yang dipotong akar atau daunya terlebih dulu sebab akan
mempermudah infeksi bakteri Xoo.. Strain / Patogen HBD ini biasanya menginfeksi
melalui luka bekas potongan pada bibit padi yang ditanam.
Hawar daun bakteri juga berkembang pada tanaman padi
yang dipupuk dengan pupuk Nitogen dengan dosis yang tinggi tanpa diimbangi
dengan pupuk Kalium. Pupuk Nitrogen yang tinggi akan memacu pertumbuhan
vegetatif tanaman namun tanaman kurang tahan terhadap infeksi bakteri patogen
Xoo. Oleh karena itu untuk menekan perkembangan hawar daun bakteri ini harus
pemupukan tanaman padi harus dilakukan secara berimbang. Pupuk Nitrogen yang
diaplikasikan harus diimbangi dengan aplikasi pupuk Kalium.
Sedangkan pengendalian hawar daun bakteri dengan
aplikasi bahan kimia dapat dilakukan dengan bakterisida. Namun penggunaan
bakterisida ini harus dilakukan secara bijaksana dan sesuai dengan rekomendasi
setempat (Bahan : BBPadi Sukamandi)
Sanitasi lingkungan, mengingat
pathogen dapat bertahan pada inang alternatif dan sisa-sisa tanaman maka
sanitasi lingkungan sawah dengan menjaga kebersihan sawah dari gulma yang mungkin
menjadi inang alternatif dan membersihkan sisa-sisa tanaman yang terinfeksi
merupakan usaha yang sangat dianjurkan.
Pencegahan Untuk
daerah endemik penyakit HDB disarankan menanam varietas padi yang memiliki
ketahanan terhadap penyakit HDB. Pencegahan penyebaran penyakit perlu dilakukan
dengan cara antara lain tidak menanam benih yang berasal dari pertanaman yang
terserang penyakit , mencegah terjadinya infeksi bibit melalui luka dengan
tidak melakukan pemotongan bibit dan menghindarkan pertanaman dari naungan.
b. Bercak
Daun / Kresek Jagung (Helminthosporium
turcicum)
Klasifikasi :
- Kingdom : Fungi
- Filum
: Amastigomyceta
- Kelas
: Deuteromycetes
- Suku
: Dematiaceae
- Marga
: Helminthosporium
- Spesies
: Helminthosporium turcicum
Penyakit
ini disebabkan adanya Helminthosporium turcicum yang membuat adanya gejala daun
jagung tampak adanya bercak memanjang berwarna kuning dan dikelilingi warna
coklat. Nantinya bercak akan berkembang dan meluas dari ujung daun hingga
pangkal daun, semula bercak tampak basah kemudian berubah warna menjadi coklat
sampai semua permukaan berwarna coklat tua.
Adapun
cara pengendaliannya yaitu :
-
Pergiliran tanaman.
-
Mengatur jarak tanama
dan menjaga kelembaban dan suhu yang tepat.
-
Penggunaan fungisida
sebagai tindakan terakhir ketika sudah parah.
c.
Bercak Daun Ketela
Pohon (Cercospora henningsii)
Klasifikasi :
- Kingdom : Fungi
-
Filum :
Ascomycota
-
Kelas :
Dothideomycetes
-
Suku :
Mycosphaerellaceae
-
Marga :
Cercospora
-
Spesies : Cercospora henningsii
Bercak daun yang timbul pada daun
ketela pohon disebabkan karena adanya cendawan yang hidup di dalam daun
(Cercospora henningsii), jamur ini menyebabkan daun ketela pohon terdapat
bercak coklat yang nantinya jika sudah parah akan menyebabkan daun mengering
dan terdapat lubang bulatan kecil pada daun yang menandakan adanya jaringan
yang mati pada daun tersebut.
Hal ini dapat dilakukan pengendalian
dengan melakukan pengaturan kembali jarak tanam yang lebih lebar dari biasanya
untuk mengantisipasi penyebaran ke tanaman ketela yang lain, pemangkasan yang
dilakukan secara langsung pada daun yang terserang ataupun melakukan sanitasi
kebun, dan alangkah baiknya menciptakan tanaman varietas yang tahan dari jamur
tersebut.
d.
Trotol / Bercak Ungu
Bawang Merah Bercak (Alternasia porri)
Klasifikasi :
- Kingdom :
Fungi
- Filum
: Ascomycota
- Kelas
: Dothideomycetes
-
Suku :
Pleosporaceae
-
Marga :
Alternasia
- Spesies : Alternasia
porri
Penyakit
bercak ungu atau totol diisebabkan oleh jamur Alternaria porii melalui umbi atau percikan air dari tanah. Gejala
serangan ini ditandai terdapatnya bintik lingkaran konsentris berwarna ungu
atau putih-kelabu di daun dan di tepi daun kuning serta mongering
ujung-ujungnya. Serangan pada umbi sehabis panen mengakibatkan umbi busuk
sampai berair dengan warna kuning hingga merah kecoklatan. Jika ada hujan
rintik-rintik segera dilakukan penyiraman dan tindakan preventif dengan
penebaran GLIO.
e.
Hawar Daun Talas (Phytophythora colocasiae)
Klasifikasi :
- Kingdom : Fungi
- Filum
: Heterokonta
- Kelas
:
OOmycetes
- Suku
:
Peronosporales
-
Marga :
Phytoptora
-
Spesies : Phytoptora colocasiae
Hawar
daun talas disebabkan adanya pathogen Phytoptora
colocasiae yang menyerang bagian daun dengan adanya bercak yang timbul pada
permukaannya. Patogen ini diakui penyebab utama kehilangan hasil talas dan
dapat menyebabkan kehilangan hasil di lapang sebesar 30 – 50% apabila kondisi
lingkungan sesuai dengan perkembangan penyakit. Talas merupakan tanaman tropis
yang digunakan sebagai makanan pokok bagi banyak orang di negara berkembang. P. colocasiae merupakan patogen yang
mempunyai kisaran inang terbatas, umumnya menyerang pada ubi rambat dan talas.
Sedikit informasi mengenai asal P.
colocasiae tanpa ada indikasi berasal dari asia dan kemungkinan
terdistribusi melalui perbanyakan tanaman dan melalui tanah. P. colocasiae menghasilkan sopra yanng
siap lepas pada air dan dapat menyebar oleh percikan hujan tapi tidak oleh angin.
Sejak P. colocasiae bertahan dalam
akar dan memproduksi oospore dan klamidospora sehingga menyebabkan adanya
ketersediaan inokulum.
Biasanya infeksi dimulai dari
cuping dan samping daun dimana air sering tertampung. Luka infeksi secara
berangsur-angsur akan meluas dan menjadi coklat gelap dengan garis tepi
kuning.Keberadaan P. colocasiae dapat
ditandakan dengan terlihatnya bulu halus berwarna putih di sekitar luka. Ciri
diagnosis lainnya adalah adanya cairan kuning kemerahan yang menetes dari pusat
luka. Eksudat tersebut akan menjadi coklat kehitaman dan keras setelah kering.
Pada penyakit tingkat lanjut, luka akan berbentuk tidak teratur dengan berbagai
ukuran atau meluas keseluruh daun.
Penyakit menyebar melalui
pemencaran sporangia oleh percikan. Penyakit akan meningkat pada temperatur
antara 25 dan 280 C dan kelembaban relatif pada atau dibawah 65% selama siang
hari serta pada temperatur 20 sampai 22oC dan kelembaban relatif 100% selama
malam hari. Penyebaran penyakit oleh percikan air pada sporangia dan zoospore
diatas permukaan daun.
Hawar daun sulit dikendalikan saat
curah hujan tinggi. Pembakaran daun yang terinfeksi dan menghilangkan sisa
tanaman setelah panen merupakan cara efektif. Keparahan penyakit akan meningkat
oleh tingginya kelembaban relatif, sehingga menutup tanaman atau menanam pada
area yang memiliki naungan harus dihindari. Selain itu pengendalian dapat
dicoba dengan membenahi cara budidaya, tetapi sering tidak efektif.
f.
Karat Daun Jagung (Puccinia sorghi)
Klasifikasi :
- Kingdom : Fungi
- Filum
: Basidiomycota
- Kelas
:
Pucciniomycotina
-
Suku :
Pucciniales
-
Marga :
Puccinia
-
Spesies : Puccinia sorghi
Penyakit ini disebabkan adanya Puccinia sorgi yang menyerang dan
membentuk bercak-bercak kecil (uredinia) berbentuk bulat sampai oval terdapat
pada permukaan daun jagung di bagian atas dan bawah, uredinia menghasilkan
uredospora yang berbentuk bulat atau oval dan berperan penting sebagai sumber
inokulum dalam menginfeksi tanaman jagung yang lain dan sebarannya melalui
angin. Penyakit karat dapat terjadi di dataran rendah sampai tinggi dan
infeksinya berkembang baik pada musim penghujan atau musim kemarau.
Adapun pengendalian yang dapat
dilakukan adalah :
-
Menanam varietas tahan
seperti Lamuru, Sukmaraga, Palakka, Bima 1 dan Semar 10.
-
Eradikasi tanaman yang
terinfeksi karat daun dan gulma.
-
Penggunaan fungisida
dengan bahan aktif benomil
g.
Puru Akar Tomat (Meloidogyne spp.)
Klasifikasi :
- Kingdom : Fungi
- Filum
: Namathelminthes
- Kelas
:
Nematoda
-
Suku :
Heteroderidae
-
Marga :
Meloidogyne
-
Spesies : Meloidogyne spp.
Gejala awal penyakit akar tomat
berupa pucatnya tulang daun, terutama daun sebelah atas, kemudian diikuti
dengan merunduknya tangkai, dan akhirnya tanaman menjadi layu secara
keseluruhan. Seringkali kelayuan didahului dengan menguningnya daun, terutama
daun bagian bawah. Kelayuan dapat terjadi sepihak. Pada batang kadang terbentuk
akar adventif. Pada tanaman yang masih muda dapat menyebabkan matinya tanaman
secara mendadak karena pada pangkal batang terjadi kerusakan.
Batang tanaman yang layu, apabila
dipotong melintang terdapat warna coklat kehitaman, maka dugaan besar, tanaman
terserang oleh cendawan/jamur Fusarium sp. Untuk lebih meyakinkan
lagi,rendamlah batang tanaman tersebut, pada botol plastik yang diisi air,
apabila dalam tempo satu malam, tidak keluar cairan seperti lendir, maka sudah
bisa dipastikan bahwa tanaman terkena layu akibat jamur. Namun, Apabila dari
batang tersebut keluar eksudat lendir, maka bisa dipastikan bahwa tanaman
terserang bakteri.
Adapun cara pengendaliannya yaitu :
-
Memberikan bakterisida
pada tanaman yang terserang.
-
Melakukan sanitasi
berkala pada kebun budidaya.
-
Pengaturan jarak tanam
yang tepat untuk menjaga kelembaban pada musim hujan.
-
Pemeliharaan tanaman
yang dilakukan secara hati-hati untuk menghindari adanya luka pada tanaman yang
memicu adanya pertumbuhan bakteri dibekas luka.
-
Pasca panen dilakukan
pencucian dengan larutan clorin.
-
Pemilihan bibit dan
benih yang sehat dan tahan serangan bakteri.
h.
Antraknosa Cabai (Gloesporium piperatum)
Klasifikasi :
- Kingdom : Fungi
- Filum
: Ascomycota
- Kelas
:
Sodarimycates
-
Suku :
Phyllachoraceae
-
Marga :
Gloesporium
-
Spesies : Gloesporium piperatum
Penyakit antraknosa disebabkan oleh
cendawan Colletotrichum capsici dan Gloeosporium piperatum. Di kalangan
petani, penyakit ini lebih familiar disebut patek. Penyakit Colletotrichum
capsici menginfeksi buah cabai dengan membentuk bercak cokelat hitam kemudian
meluas menjadi busuk dan lunak, serangan yang sudah berat atau parah
menyebabkan buah cabai mengering dan
keriput. Pada bagian tengah bercak terdapat kumpulan titik-titik hitam
dari koloni cendawan, penyakit Gloeosporium
piperatum menyerang tanaman cabai pada saat buah cabai masih hijau,
biasanya mengakibatkan mati ujung. Pada buah cabai terserang terlihat
bintik-bintik kecil kehitaman dan berlekuk, bintik-bintik ini pada bagian tepi
berwarna kuning, membesar serta memanjang. Ketika kondisi lembab, cendawan Gloeosporium piperatum membentuk
lingkaran memusat berwarna merah jambu.
Buah cabai yang terserang harus
dimusnahkan dari area penanaman cabai. Pengamatan terhadap tanaman cabai harus
dilakukan setiap hari, terutama saat musim hujan. Upaya pengendalian : Secara
kimiawi semprotkan fungisida sistemik, contoh bahan aktifnya seperti benomil,
difenokonazol, karbendazim, metil tiofanat, atau tebukonazol, dan fungisida
kontak bahan aktif azoksistrobin, klorotalonil, atau mankozeb.
i.
Bulai pada Jagung
(Peronosclerospora maydis)
Klasifikasi :
- Kingdom : Fungi
- Filum
: Heterokontophyta
- Kelas
: OOmycetes
- Suku
: Peronosporaceae
-
Marga :
Peronosclerospora
-
Spesies : Peronosclerospora maydis
Penyakit bulai ditandai dengan
warna daun tanaman muda yang mendadak menjadi bergaris-garis kuning pucat
(klorosis) atau bahkan putih yang kemudian menyebar ke seluruh daun. Pada
serangan yang berat, seluruh tubuh tanaman berwarna kuning pucat dan kemudian
mati. Penyakit ini apabila menyerang pada stadium pertumbuhan awal dapat
menyebabkan 100% kegagalan panen.
Pada dikotil, serangan downy mildew
dikenal memberikan gejala yang berbeda dan dikenal sebagai penyakit embun.
Jamur dapat bertahan hidup sebagai
miselium dalam biji, namun tidak begitu penting sebagai sumber inokulum.
Infeksi dari konidia yang tumbuh di permukaan daun akan masuk jaringan tanaman
melalui stomata tanaman muda dan lesio lokal berkembang ke titik tumbuh yang
menyebabkan infeksi sistemik. Konidiofor dan konidia terbentuk keluar dari
stomata daun pada malam hari yang lembab. Apabila bijinya yang terinfeksi, maka
daun kotiledon selalu terinfeksi, tetapi jika inokulum berasal dari spora, daun
kotiledon tetap sehat. Pembentukan konidia jamur ini menghendaki air bebas,
gelap, dan suhu tertentu, P. maydis di bawah suhu 24oC.
Adapun pengendaliannya :
-
Penggunaan varietas
tahan adalah (Melalui suatu seri persilangan merupakan cara yang lebih aman dan
efektif dibandingkan penggunaan fungisida yang dapat mencemari lingkungan)
-
Pemusnahan tanaman
terinfeksi
-
Pencegahan dengan
fungisida sistemik berbahan aktif metalaksil
-
Pengaturan waktu tanam
agar serempak
-
Pergiliran tanaman.
j.
Busuk Tongkol Jagung (Rhizoctonia solani)
Klasifikasi :
- Kingdom : Fungi
- Filum
: Basidiomycota
- Kelas
:
Agaricomycetes
-
Suku :
Ceratobasidiaceae
-
Marga :
Rhizoctonia
- Spesies
: Rhizoctonia solani
Gejala Penyakit busuk pelepah pada
budidaya jagung umumnya terjadi di pelepah daun, gejalanya terdapat bercak
berwarna agak kemerahan kemudian berubah menjadi abu-abu, selanjutnya bercak
meluas, seringkali diikuti pembentukan sklerotium berbentuk tidak beraturan,
berwarna putih kemudian berubah menjadi cokelat.
Gejala serangan penyakit ini dimulai
dari bagian tanaman yang paling dekat dengan permukaan tanah kemudian menjalar
ke bagian atas. Penanaman varietas tidak tahan penyakit ini (rentan), serangan
cendawan penyebab busuk pelepah dapat mencapai pucuk atau tongkol jagung.
Cendawan ini bertahan hidup sebagai miselium dan sklerotium pada biji jagung,
di dalam tanah serta pada sisa-sisa tanaman di lahan. Keadaan tanah basah,
lembab, serta drainase kurang baik akan merangsang pertumbuhan miselium dan
sklerotia, sehingga kondisi semacam ini merupakan sumber inokulum utama.
Adapun pengendalian yang
dapat dilakukan seperti :
- Menggunakan
varietas/galur tahan sampai agak tahan terhadap penyakit hawar pelepah seperti : Semar-2, Rama, Galur GM 27.
- Diusahakan agar
penanaman jagung tidak terlalu rapat sehingga kelembaban tidak terlalu tinggi.
- Lahan memiliki drainase
baik.
- Pergiliran tanaman,
tidak menanam jagung terus menerus di lahan yang sama.
- Penyemprotan fungisida
menggunakan bahan aktif mancozeb atau karbendazim.
k. Hawar Pelepah Daun padi (Rhizoctania solani)
Klasifikasi :
Klasifikasi :
- Kingdom : Fungi
- Filum
: Basidiomycota
- Kelas
: Agaricomycetes
- Suku
: Ceratobasidiaceae
- Marga
: Rhizoctonia
-
Spesies : Rhizoctonia solani
Hawar pelepah padi menjadi penyakit
yang semakin penting di beberapa negara penghasil padi. Di Indonesia, hawar
pelepah mudah ditemukan pada ekosistem padi dataran tinggi sampai dataran
rendah. Gejala penyakit dimulai pada bagian pelepah dekat permukaan air. Gejala
berupa bercak-bercak besar berbentuk jorong, tepi tidak teratur berwarna coklat
dan bagian tengah berwarna putih pucat. Semenjak dikembangkan varietas padi
yang beranakan banyak dan didukung oleh pemberian pupuk yang berlebihan
terutama nitrogen, serta cara tanam dengan jarak yang rapat menyebabkan
perkembangan hawar pelepah semakin parah. Kehilangan hasil padi akibat penyakit
hawar pelepah dapat mencapai 30%.
Penyakit hawar pelepah mulai
terlihat berkembang di sawah pada saat tanaman padi stadia anakan maksimum dan
terus berkembang sampai menjelang panen, namun kadang tanaman padi di
pembibitan dapat terinfeksi parah. Rhizoctonia solani Kuhn termasuk cendawan
tanah, sehingga disamping dapat bersifat sebagai parasit juga dapat sebagai
saprofit. Pada saat tidak ada tanaman padi, cendawan ini dapat menginfeksi
beberapa gulma di pematang juga tanaman palawija yang biasanya digunakan untuk
pergiliran tanaman seperti jagung dan kacang-kacangan. Cendawan ini bertahan di
tanah dalam bentuk sklerosia maupun miselium yang dorman. Sklerosia banyak
terbentuk pada tumpukan jerami sisa panen maupun pada seresah tanaman yang
lain. Selama pengolahan tanah sklerosia tersebut dapat tersebar ke seluruh
petakan sawah dan menjadi inokulum awal penyakit hawar pelepah pada musim tanam
berikutnya.Fenomena ini menunjukkan bahwa sumber inokulum penyakit hawar
pelepah selalu tersedia sepanjang musim. Hawar pelepah padi (Rhizoctonia solani
Kuhn.) dapat dikendalikan secara kimia, biologi, dan teknik budidaya,
pengendalian secara kimia dengan menggunakan fungisida berbahan aktif benomyl,
difenoconazol, mankozeb, dan validamycin dengan dosis 2cc atau 2g per satu
liter air dapat menekan perkembangan cendawan R. solani Kuhn dan keparahan
hawar pelepah.
Pengendalian secara biologi dengan
penyemprotan beberapa bakteri antagonis dapat mengurangi tingkat keparahan
hawar pelepah. Penambahan bahan organik yang sudah terdekomposisi
sempurna/sudah matang (kompos jerami dengan C/N rasio ±10) dengan dosis 2
ton/ha, dapat menekan perkecambahan sklerosia di dalam tanah dan menghambat
laju perkembangan penyakit hawar pelepah di pertanaman.
Pengendalian dengan teknik budidaya
diantaranya yaitu menerapkan jarak tanam tidak terlalu rapat, pemupukan komplit
dengan pemberian nitrogen sesuai kebutuhan, serta didukung oleh cara pengairan
yang berselang. Cara ini dapat menekan laju infeksi cendawan R. solani pada
tanaman padi. Disamping itu, pengurangan sumber inokulum di lapangan
dapat dilakukan dengan sanitasi terhadap gulma-gulma disekitar sawah,
pengendalian penyakit hawar pelepah mempunyai peluang keberhasilan yang lebih
tinggi bila taktik-taktik pengendalian tersebut di atas dipadukan (pengendalian
penyakit secara terpadu).
l.
Bercak Buah Pepaya (Fusarium oxysporum)
Klasifikasi :
- Kingdom : Fungi
- Filum
: Ascomycota
- Kelas
:
Sodariomycetes
- Suku
: Nectriaceae
-
Marga :
Fusarium
-
Spesies : Fusarium oxysporum
Penyakit ini disebabkan adanya
cendawan (Fusarium oxysporium) yang
tumbuh pada bagian buah papaya, penyakit ini tidak hanya menyerang buah namun
juga menyerang bagian lain seperti batang, akar, maupun daun. Adanya cendawan
ini maka pada tanaman papaya akan mengalami busuk membentuk cincin jika pada
buah. Penyakit ini mampu dikendalikan dengan cara :
-
Pemilihan bibit ataupun
benih yang unggul dan sehat.
-
Perbaikan drainase dan
sanitasi kebun yang terjadwal.
- Tanaman yang sudah
parah serangannya dapat segera dimusnahkan dengan mencabutnya dan membakarnya
agar tidak menyebarkan jamur ke tanaman lain.
- Penggunaan fungisida
dengan bijak pada bagian tanah yang baru diolah untuk awal penanaman.
m.
Karat pada Ranting Sengon
(Uromycladium sp.)
Klasifikasi :
-
Kingdom : Fungi
- Filum
: Namathelminthes
- Kelas
: Basidiomycetes
- Suku
: Pucciniceae
- Marga : Uromycladium
- Spesies
: Uromycladium sp.
Serangan karat puru pada sengon
ditandai dengan terjadinya pembengkakan (galls) pada ranting/cabang,
pucuk-pucuk ranting, tangkai daun dan helaian daun. Gall ini merupakan tubuh
buah dari jamur, penyakit karat puru dapat menjadi persoalan yang serius dalam
pengelolaan tanaman sengon. Penyebaran penyakit ini sangat cepat. Penyakit ini
menyerang sengon mulai dari persemaian sampai lapangan dan pada semua tingkat
umur. Kerusakan serius bila serangan terjadi pada tanaman muda (umur 1- 2
tahun), karena titik-titik serangan (gall) bisa terjadi di batang utama
sehingga batang utama rusak/cacat, tidak dapat menghasilkan pohon berkualitas
batang yang tinggi).
Penyebab penyakit karat puru yang
menyerang tegakan sengon adalah jamur Uromycladium
tepperianum. Jamur ini dikenal sebagai jamur karat yang menyerang lebih
dari seratus spesies Acacia, jenis-jenis Paraserianthes/Albizia spp.,
Racosperma spp. (ketiganya merupakan anggota famili Fabaceae {= Leguminosae}),
menyebabkan pembengkakan (gall) yang menyolok pada dedaunan dan ranting
pohon. Setiap gall karat puru dapat melepaskan ratusan sampai ribuan
spora yang dapat menularkan ke pohon-pohon sekitarnya dengan cepat melalui
bantuan angin. Ukuran, bentuk, dan warna gall bervariasi tergantung
bagian tanaman yang terserang dan umur gall. Warna gall pada awalnya
hijau kemudian berubah menjadi coklat. Warna coklat indikasi bahwa spora-spora
yang melimpah siap dilepaskan.
Adapun cara pengendalianya yaitu :
- Untuk serangan penyakit
karat puru di persemaian, maka semai yang menunjukkan gejala serangan harus
segera dicabut dan dimusnahkan (dibakar).
- Untuk mencegah
perluasan sebaran penyakit karat puru, perlu pengawasan yang ketat tentang
transportasi benih, bibit, dan kayu tebangan dari daerah yang diketahui telah
terserang ke daerah yang belum terserang.
- Pemeliharaan tanaman
yang sudah ada (pemupukan dan penjarangan).
- Untuk tanaman yang
telah terserang, maka upaya yang perlu dilakukan adalah menghilangkan gall dan
bagian tanaman yang terserang sedini mungkin, sebelum gall membesar dan
berwarna coklat. Langkah selanjutnya adalah mematikan sel-sel penyakit karat
puru di bagian yang terserang agar tidak tumbuh gall lagi.
n.
Gosong pada Jagung (Ustilago maydis)
Klasifikasi :
- Kingdom : Fungi
- Filum
:
Basidiomycota
-
Kelas :
Ustilaginomycetes
-
Suku :
Ustilaginales
-
Marga :
Ustilago
-
Spesies : Ustilago maydis
Salah satu penyebab penyakit pada
tanaman jagung adalah cendawan hitam. Cendawan hitam (Ustilaginales) biasanya
membentuk massa spora berwama hitam dalam basidia yang berbentuk seperti gada.
Masing-masing basidia mempunyai 2 atau 4 spora yang bertangkai pendek. Cendawan
hitam (smut fungi) ¡ni dapat menyerang tanaman jagungsehingga kualitasnya akan
turun dan hasilnya berkurang pula.
Penyakit ini menyerang tanaman
jagung, terutama pada tongkolnya. Gejala serangan cendawan ini terjadinya pembengkakan/
terbentuknya kelenjar (gall) pada tongkol. Pembengkakan atau gall yang
dibungkus dengan jaringan berwarna putih kehijauan sampai putih perak mengilap
merupakan pertanda bahwa cendawan telah masuk ke dalam biji. Cendawan ini
bemula dengan warna keputihan sebab masih tertutup membran.K emudian, warna
cendawan berubah menjadi lebih tua, yaitu ungu muda dan akhimya menjadi hitam.
Ukuran bengkaknya ada yang kecil dan ada yang besar tergantung ukuran tongkol
dan tebalnya cendawan. Biji-biji yang terinfeksi yang membengkak akan membentuk
kelenjar-kelenjar. Dengan makin membesarnya kelenjar-kelenjar,kelobot terdesak
ke samping dan rusak sehingga sebagian dari kelenjar itu tampak dari luar.Jika
pembengkakan ini telah masak, membran yang menutup menjadi kering sehingga
menyebabkan kelenjar pecah. Kemudian spora berbentuk tepung kering yang
berwarna hitam keluar menyebar ke mana-mana.
Tak hanya pada tongkol, cendawan
ini dapat menyerang daun, kuncup-kuncup buku pada batang, rangkaian bunga
jantan, serta bagian-bagian lainnya. Pembengkakan pada tongkol yang sudah
mencapai pertumbuhan maksimal dapat mencapai diameter 15 cm. Gall pada daun
tetap kecil dengan diameter 0,6-1,2 cm. Apabila bunga jantan terinfeksi maka
semua tongkol pada tanaman tersebut terinfeksi penyakit gosong.
Cara pengendalian penyakit ini
yaitu dengan mengatur kelembapan areal pertanamanjagung, dengan memotong bagian tanaman jagung yang
terserang kemudian membakarnya, dan dengan seed treatment.
Fase tumbuh cendawan ini, jika
keadaan cocok, spora bisa segera berkecambah. Daya hidup spora bisa sampai
bertahun-tahun.Temperatur optimum perkecambahan terletak antara 20_340 C
menurut keadaan daerah atau strain. Maksimum temperatur terletak antara 36_380
C, sedangkan temperatur minimum sekitar 80 C. Spora cendawan ada yang masih
tetap bisa hidup walaupun telah termakan kuda atau sapi dan telah melewati alat
pencernaan. Spora akan segera berkecambah dalam tumpukan kompos dan sporadianya
akan melanjutkan tumbuh jika temperatur memungkinkan. Jika waktu kompos
ditaburkan untuk pupuk masih hidup, spora akan menyebar ke berbagai tempat. Di
lapangan biasanya infeksi terjadi jika tanaman jagung telah setinggi 30 cm
sampai 1,5 m dan tongkolnya baru keluar rumbai-rumbainya.
o.
Bercak Daun Garis Coklat
(Cercospora oryzae).
Klasifikasi :
- Kingdom : Fungi
- Filum
: Ascomycota
- Kelas : Dothideomycetes
-
Suku :
Mycosphaerellaceae
-
Marga :
Cercospora
-
Spesies : Cercospora oryzae
Bercak Cercospora (Narrow brown Leaf Spot) penyakit ini menimbulkan
kerugian sampai 40%. Penyebab
penyakit jamur
Cercospora oryzae menghasilkan gejala
bercak-bercak lurus sempit memanjang berwarna cokelat kemerahan sejajar dengan
ibu tulang daun pada helaian daun bendera, pada fase tumbuh - pemasakan.
Banyaknya bercak meningkat pada waktu tanaman membentuk anakan, gejala ini juga dapat terjadi
pada pelepah dan kulit gabah.
G. KESIMPULAN
Dari
hasil praktikum Pengenalan Gejala Serangan karena OPT yang dapatkan maka dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Patogen
adalah sesuatu yang dapat menyebabkan penyakit. Penyakit pada tanaman biasanya
disebabkan oleh jamur, bakteri dan virus.
2. Jamur
adalah organisme heterotrof, tidak berklorofil, berinti sel, struktur
somatiknya terdiri dari filament yang bercabang-cabang, dinding sel mengandung
selulosa atau kitin atau keduanya bersama molekul organik lainnya. Umumnya
berkembang biak dengan spora baik secara seksusal maupun aseksual atau
menggunakan bagian vegetatif jamur.
3. Bakteri
adalah mikroorganisme bersel satu (unisellular) yang tidak mempunyai klorofil
dan berkembang biak dengan cara pembelahan (budding), hidup secara saprofitik
atau parasitik dan memperoleh makanan dari bahan organik yang mati atau masik
hidup.
4. Virus
adalah suatu partikel atau zarah sub-mikroskopis yang terdiri dari protein
kapsid di bagian luar protein kapsomer (coat) yang keduanya membungkus
asam nukleat.
5. Sebagian
besar organisme pengganggu tanaman yang muncul atau menyerang pada sampel
tanaman yang diamati adalah penyakit yang disebabkan karena cendawan atau
jamur.
6. Bermacam
– macam OPT menimbulkan macam-macam gejala sesuai dengan bagian tanaman yang
diserang.
7. Gejala
yang timbul pada tanaman sangat mengganggu proses tumbuh dan berkembangnya
suatu tanaman yang akan mempengaruhi hasil budidaya dan sangat merugikan bagi
petani.
8. Pengendalian
yang baik dilakukan terhadap serangan OPT adalah pengendalian secara preventif
yaitu dengan pemilihan benih atau bibit yang unggul dan tahan serangan, menjaga
kebersihan kebun dan saluran irigasi.
DAFTAR
PUSTAKA
Carolina
State University Graphics. 107 page.EPPO.
(2007). Xanthomonas oryzae. European and Mediterranean plant-Protection
Organization. Bulletin OEPP/EPPO 37: 543-553.
Filzaharani,
2008. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Jackson
RW (editor). (2009). Plant Pathogenic
Bacteria: Genomics and Molecular Biology. Caister Academic Press.
Martoredjo,
T, (1989). Pengantar Ilmu Penyakit
Tumbuhan Bagian Dari Perlindungan Tanaman. Andi Offset, Yogyakarta.
Mynature-faiq.
(2010). Pengenalan penyakit tanaman
pangan. http://mynature-faiq.blogspot.com/2010/07/pengenalan-penyakit-tanaman-pangan.html. diakses 22 April 2017.
Nasution,
Ahmad Sanusi. (2008). Pengenalan
Patologi/Penyakit Tumbuhan. http://sanoesi.wordpress.com/2008/12/17/pengenalan-patologipenyakit-tumbuhan/ Diakses 22 April 2017
Semangun,
H. (1996). Pengantar Ilmu Penyakit
Tumbuhan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Setiadi,
2000. Dasar–Dasar Perlindungan Tanaman Umum. Bumi Aksara, Padang
Taylor,
A.L. and J.N. Sasser. (1978). Biologi,
identification and control of root knot nematodes (Meloidogyne spp)
International Carolina Meloidogyne Project. Printed by Nor
Tjahjadi,
Nur. (1989). Hama dan Penyakit Tanaman.
Palembang: Kanisius
Triharso.
(1996). Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman.
Gadjah Mada UniversityPress, Yogyakarta.
Whitehead,
A.G. (1998). Plant Nematode Control.
CAB International, London.
![adsense 336x280 adsense 336x280](https://2.bp.blogspot.com/-20IUI16UYfo/VsraTt2CRpI/AAAAAAAAB10/FKzsnv6LSq0/s1600/adsense336x280.png)
0 Response to "Laporan Praktikum OPT Pengenalan Gejala Serangan Karena OPT "
Post a Comment